Karena Kau Sahabatku
Karya : Vika Tafrichana
Vani sedang duduk di kursi meja belajarnya sambil melamun, ya mungkin
karena terlalu lelah mengerjakan pekerjaan rumahnya. Dan kini bukunya hanya
tergeletak begitu saja di meja hadapannya. Vani melamuni beberapa hal dan
teringat tentang masa kecilnya ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Saat
itu Vani mempunyai teman yang sangat begitu dekat dengan Vani. Teman SDnya
memang punya kenangan yang banyak untuk Vani dan sangat membekas dipikiran Vani
sampai saat ini ia berada di bangku SMA. Mungkin karena sekolah di jenjang SD
memang waktunya cukup lama untuk bisa akrab dengan teman yang lainnya. Apalagi
jika dari kelas 1 sampai kelas 6 teman satu kelasnya tetap, seperti kelas Vani.
Hanya sedikit yang keluar karena pindah sekolah. Makanya Vani dan teman-teman
satu kelasnya itu begitu sangat dekat, seperti keluarga sendiri.
***
Vani mengingat teman SDnya satu per satu, banyak sekali kenangan Vani
dengan mereka. Bahkan dengan setiap anak pun, Vani mempunyai kenangan
tersendiri. Vani ingat saat Vani dan teman-temannya bermain bersama, jail
bersama bahkan menangis bersama. Kenapa menangis bersama, Vani ingat saat
mereka mungkin sedang kelas 4 SD guru yang sekaligus wali kelasnya itu akan dipindah
tugaskan. Dan entah mengapa anak satu kelas itu serentak menangis, karena sedih
akan ditinggal wali kelasnya itu. Vani tersenyum mengingat kejadian itu,
“Kenapa harus nangis yaa? Lucu deh.” Gumamnya sambil terus mengingat
kejadian-kejadian ketika masih SD.
Saat awal masuk kelas 1 SD, semuanya begitu aneh, awalnya tidak ada satupun
yang Vani kenal. Mereka semua masih polos, maklum masih kelas 1 SD kan. Yang
Vani tidak ingat yaitu awal mereka semua berkenalan, entah bagaimana tapi yang
pasti mereka semua tetap akrab satu sama lain. Sayangnya hanya sedikit yang
tetap dekat dengan Vani sampai sekarang, dan itupun yang sekarang masih satu
sekolah dengan Vani. “Kenapa sekarang nggak kaya dulu lagi?” tanyanya dalam
hati.
Vani teringat dengan seorang teman SDnya yang bisa dibilang cukup dekat
dengan Vani, bahkan sudah seperti keluarga. Namanya Tasya, Vani dan Tasya
memang sangat dekat, mereka sering bermain bersama. Kadang Tasya kerumah Vani,
kadang Vani yang kerumah Tasya. Orang tua mereka berdua pun saling kenal dan
cukup akrab. Semua kedekatan Vani dan Tasya masih sama, sampai pada akhirnya
mereka lulus SD. Vani, Tasya dan beberapa teman lainnya mendaftar ke SMP yang
sama. Awal masuk mereka berdua masih sering bersama, dan masih sering ada
percakapan diantara keduanya, walaupun mereka berdua sudah berbeda kelas. Namun
seiring waktu berjalan, Vani dan Tasya yang sudah mendapat teman baru dikelas
mereka masing-masing membuat jarak yang cukup jauh antara Vani dan Tasya. Mereka
menjadi semakin jarang bertemu, dan jarang juga terlihat percakapan diantara
mereka. Naik kelas 2, jarak persahabatan mereka bisa dibilang sudah sangat
jauh, saat bertemu Vani merasa kalau sahabatnya itu sudah berubah. Saat Vani
sedang sekedar menyapa Tasya, Vani merasa seperti orang yang baru kenal dengan
Tasya. Hati Vani merasa terguncang dengan sikap aneh sahabat kecilnya itu saat
ini. Dalam lubuk hati Vani yang paling dalam, sebenarnya Vani tidak ingin ada
jarak antara ia dan sahabatnya itu. Bahkan ada saat ketika mereka berpapasan, mereka
tidak saling menyapa, Vani merasa kalau Tasya sahabat kecilnya itu benar-benar
sudah berubah. Ada apa dengan Tasya? Mengapa dia seperti menganggapku tak ada?
***
Saat mengingat hal sedih itu, pikiran Vani kacau, Vani begitu ingin kalau
sahabat kecilnya kini kembali seperti dulu lagi.
***
Vani memang ingin seperti dulu lagi dengan Tasya, namun tak ada keberanian
dalam hati Vani untuk sekedar menyapa atau menatap Tasya. Bukan karena Tasya
berubah menjadi monster yang menakutkan. Tapi ketika Vani melihat Tasya yang
sedang bersama sahabat-sahabat barunya, ia merasa sangat begitu bahagia. Waktu
Tasya mungkin sudah habis untuk bermain bersama sahabat-sahabat barunya. Sebab
itulah Vani merasa tidak berani untuk mendekati Tasya. Waktu terus berlalu,
Vani dan Tasya kini sudah bagaikan air dengan minyak yang tidak dapat bersatu.
Bukan karena sebuah pertengekaran, namun karena waktu dan keadaan yang membuat
mereka seperti itu sekarang ini. Vani sempat agak kesal pada Tasya, bahkan
hampir menganggap Vani itu bukan sahabatnya lagi. Namun ketika ada kesempatan
untuk mereka saling menyapa, hati Vani agak sedikit luluh dan tetap menganggap
Tasya sebagai sahabatnya. Ya, sahabat kecilnya yang kini sudah jadi sahabat
banyak orang.
***
Vani tersadar dari lamunan masa lalunya dengan para sahabat-sahabat
kecilnya, dan mulai menyelesaikan pekerjaan rumah yang baru separuh ia
kerjakan. Setelah selesai Vani berbaring diatas kasur tempat tidurnya dan
memikirkan tentang lamunannya tadi. Vani bertanya-tanya “Apa kabar sama Tasya
yaa ? Udah lama nggak ketemu.”
Memang jarang sekali ada kesempatan mengobrol antara Vani dan Tasya secara
langsung. Namun setidaknya ada media sosial yang bisa menyatukan mereka walau
dalam dunia maya. Vani bisa melihat kesibukan Tasya saat itu, sedang apa dia,
dimana dia, dan dengan siapakah Tasya. Dan kadang Tasya juga chat Vani, dan
Vani pun membalasnya dengan senang, walau tidak berlangsung lama.
Suatu hari, Vani mendapat chat dari Tasya di media sosialnya, Vani sangat
senang. Setelah bercakap-cakap cukup lama, Tasya bilang kepada Vani kalau dia
juga sangat kangen ingin bertemu teman-teman SD mereka. Akhirnya Vani dan Tasya
memutuskan akan mengadakan sebuah reuni untuk semua teman-teman SD angkatan
mereka dulu. Tempat dan waktu akan disiapkan oleh Tasya. Semua teman-teman SD
mereka pun setuju atas rencana reuni itu. Dan pada saat tiba waktu yang
ditentukan, mereka semua berkumpul bersama. Hati Vani sangat gembira bisa
berkumpul seperti dulu lagi ketika mereka masih SD. Banyak yang mereka
perbincangkan saat itu. Berbincang-bincang tentang kenangan masa SD mereka
dulu. Mereka semua tertawa bahagia saat mengingat kejadian yang begitu
mengesankan ketika SD dulu.
Akhirnya, Vani pun senang dan bahagia karena sahabat-sahabat masa kecilnya
dulu yang sempat hilang kabarnya kini bisa berkumpul kembali dengannya walau
sekejap. “Karena kalian adalah sahabatku. Aku akan tetap mengingat kalian.
Sahabat kecilku yang tak akan hilang termakan waktu. Dan akan terus bersamaku
sampai mataku tertutup”
Yaap itu dia cerpen yang saya buat seadanya, enggak berkisah tentang siapa-siapa kok, hehe. Terimakasih sudah berkunjung dan yang mau membaca. Kritik dan saran sangat berguna.. Thanks
Yaap itu dia cerpen yang saya buat seadanya, enggak berkisah tentang siapa-siapa kok, hehe. Terimakasih sudah berkunjung dan yang mau membaca. Kritik dan saran sangat berguna.. Thanks